Komponen turbo yang disematkan pada mobil (non-turbo), akhir-akhri ini terdengar sedang gaung di kalangan pecinta otomotif, roda empat khususnya.
Pemasangan parts ini bisa mendongkrak performa mobil. Om Heron dari bengkel R Speed mengungkapkan, pabrikan otomotif sendiri sudah mulai menyematkan turbo pada produk mereka.
Tak perlu mesin besar, untuk bisa mencapai tenaga yang besar. Namun kembali ke kasus pertama, beberapa pemilik kendaraaan yang mau modifikasi performa mobil lewat jalur turbo ini, tak sedikit ada yang salah kaprah.
Tentu saja efek buruk bakal menghantui, dengan beragam kerugian.
“Jadi petimbangkan soal kompresi mobilnya terlebih dahulu, sebelum pemasangan. Karena turbo meningkatkan kompresi, jangan mobil yang sudah tinggi kompresinya (10,5:1, atau 11:1) malah ditambah turbo, mesin bisa jebol,” ujar Heron.
“Tentu saja mesti benar-benar dihitung angka kompresinya juga, agar tidak merugikan ke depannya,” kata Heron.
Kemudian kata Heron, sesuaikan tekanan turbo yang ingin dipakai, diimbangi dengan RON bahan bakarnya. Khususnya jenis-jenis bahan bakar yang sudah ada di dalam negeri.
“Tidak bisa misalnya kita memodifikasi ekstrem, tapi yang dipakai RON 98. Padalah modifikasinya membutuhkan yang lebih dari itu, seperti AVGAS yang tidak dijual umum di jalanan. Bisa repot, dan jangan menyusahkan diri sendiri,” ucap Heron.
Ketiga adalah kecocokan mesin dan jenis turbo yang akan dipasangkan. Pasalnya tak semua turbo sama, jadi kita tak bisa asal comot dan pilih saja.
“Paling tidak harus paham juga, kalau kita misalnya punya turbo Evo 2.000 cc, dan mau dipasangkan di mobil LCGC (1.200 cc), rasanya tak begitu pas juga, karena terlalu besar,” ujar Heron.
“Lalu ketika mau pasang turbo, komponen dalam harus mendukung. Seperti piston harus kuat, connecting rod dan lainnya harus benar-benar bagus, jika tidak maka bisa bubar juga mesinnya, buat apa,” tutur Heron.
---------------------------------------------------------
Sumber: TribunNews
Pemasangan parts ini bisa mendongkrak performa mobil. Om Heron dari bengkel R Speed mengungkapkan, pabrikan otomotif sendiri sudah mulai menyematkan turbo pada produk mereka.
Tak perlu mesin besar, untuk bisa mencapai tenaga yang besar. Namun kembali ke kasus pertama, beberapa pemilik kendaraaan yang mau modifikasi performa mobil lewat jalur turbo ini, tak sedikit ada yang salah kaprah.
Tentu saja efek buruk bakal menghantui, dengan beragam kerugian.
“Jadi petimbangkan soal kompresi mobilnya terlebih dahulu, sebelum pemasangan. Karena turbo meningkatkan kompresi, jangan mobil yang sudah tinggi kompresinya (10,5:1, atau 11:1) malah ditambah turbo, mesin bisa jebol,” ujar Heron.
“Tentu saja mesti benar-benar dihitung angka kompresinya juga, agar tidak merugikan ke depannya,” kata Heron.
Kemudian kata Heron, sesuaikan tekanan turbo yang ingin dipakai, diimbangi dengan RON bahan bakarnya. Khususnya jenis-jenis bahan bakar yang sudah ada di dalam negeri.
“Tidak bisa misalnya kita memodifikasi ekstrem, tapi yang dipakai RON 98. Padalah modifikasinya membutuhkan yang lebih dari itu, seperti AVGAS yang tidak dijual umum di jalanan. Bisa repot, dan jangan menyusahkan diri sendiri,” ucap Heron.
Ketiga adalah kecocokan mesin dan jenis turbo yang akan dipasangkan. Pasalnya tak semua turbo sama, jadi kita tak bisa asal comot dan pilih saja.
“Paling tidak harus paham juga, kalau kita misalnya punya turbo Evo 2.000 cc, dan mau dipasangkan di mobil LCGC (1.200 cc), rasanya tak begitu pas juga, karena terlalu besar,” ujar Heron.
“Lalu ketika mau pasang turbo, komponen dalam harus mendukung. Seperti piston harus kuat, connecting rod dan lainnya harus benar-benar bagus, jika tidak maka bisa bubar juga mesinnya, buat apa,” tutur Heron.
---------------------------------------------------------
Sumber: TribunNews
Tags:
Tips Mobil